Kamis, 26 Desember 2013

Terima Kasih

Berau, 26 Februari 2013. Pukul 17.31 WITA
Saya beri judul ini “terima kasih” karena isinya akan mengungkapkan betapa berharganya dua kata yang sederhana ini. Ini pengalaman pribadi saya, karena berkesan dan menurut saya ada hikmah yang dapat dipetik yang insya Allah bermanfaat bila dibagikan ke para pembaca.
Peristiwa ini saya alami siang tadi, selepas saya bekerja membantu karyawan sensus OPT (Organisme Penganggu Tanaman) kelapa sawit yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan magang saya selama empat bulan di Berau. Saya sedikit bercerita mengenai pekerjaan sensu ini, hari ini saya dan tim sensus kebagian untuk melakukan sensus ulat api. Salah satu hama yang dominan menyerang daun-daun muda tanaman kelapa sawit adalah ulat api ini. Jangan sekali-kali kamu ceroboh memegang ulat ini, karena badannya yang berbulu bila tersentuh kulit manusia rasanya akan seperti terbakar api, walau kelihatannya ulat ini lucu : ).
Oke back to the track. Pekerjaan memang belum selesai, kami tinggal membuat peta penyebaran ulat api yang sudah disensus pagi ini. Sambil menunggu para anggota tim berkumpul, saya makan siang dan setelah selesai saya pegi keluar untuk mencari minuman di warung jajan perumahan karyawan. Sambil berjalan menuju warung saya melihat dua orang anak kecil sedang bermain pancingan di tepi selokan yang airnya jernih mengalir. Kedua anak itu asik sekali bermainnya. Melintaslah saya di samping anak tersebut dan dengan sengaja saya bertanya dimana letak warung di sekitar sini? Sebenarnya saya sudah tahu dimana letak warungnya, tapi saya sengaja ingin kenal dan menyapa anak-anak yang bagi saya sangat lucu dan lugu itu. Hehehehe. Di beritahukanlah saya lokasi warungnya dan sayapun bergegas kesana. Belum jauh saya berjalan salah seorang anak tersebut memanggil saya dan berkata (sedikit berteriak) “Om, bagi uang dong?”, entah apa yang ada dipikiran anak itu? Apakah saya terlihat seperti orang yang berduit? Heheheh. Sentak saya jawab “Ndak ada” sambil saya menunjuk ke arah selokan air dan berkata “Tu, ada disana uangnya kamu pancing saja” dan meraka pun tertawa. “ehhehheh”.
Satu botol minuman dan 15 buah permen saya beli dan saya kembali untuk mengerjakan pekerjaan yang belum selesai dengan segera. Entah ada apa di benak saya langsung mengagas untuk memberikan empat buah permen yang saya beli kepada kedua anak tadi, “Sini, ini ada permen, kalian bagi ya” mereka pun menerimanya dengan riang, yang ada di pandangan saya kala itu adalah mereka begitu senang dengan permen yang tidak seberapa harganya itu. Mereka langsung memamerkan kepada temannya yang lain yang ketika itu ada berdekatan dengan kami. Sambil bergegas saya mangatakan pelan kepada salah satu anak “bilang apa?” dia terbingung, dan spontan menjawab sambil tersipu “Terima kasih om” hehheheh wuuuh. Seakan ada angin bahagia merasuk dalam hati saya. Haru dan membekas kala anak yang tidak saya kenal itu bersikap santun seperti itu. Saya pun bergegas, dan dari kejauhan saya sedikit mendengar mereka berdialog dan kedua anak itu pun berteriak memanggil saya lagi dan berkata “Om, terima kasih”. Saya balik tersipu.
Ungkapan sederhana yang dapat membekas dalam hati kita. peristiwa ini ibarat cermin bagi saya, ketika saya diperlakukan sepeti ini maka hati saya tidak bisa berbohong bahwa saya menyukai dua kata itu apabila orang lain mengatakannya kepada saya. Dan ini dapat kita ambil hikmahnya agar sepatutnya kita pun memperlakukan orang lain, apalagi yang telah berkorban untuk kita dengan baik pula, minimal sekali dengan memberikan penghargaan sederhana baginya dengan dua kata penuh ketulusan “TERIMA KASIH” : )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat membaca, semoga mendapat hikmah atau mungkin inspirasi dan semoga mendapat manfaat. Mari komen2 dan saling berbagi ^^