Senin, 28 Mei 2012

KEHILANGAN SATU

Apa yang membuatmu merasa rugi atas kehilangan yang terjadi padamu? karena jumlahnya? karena harganya? karena waktu yang telah kamu lalui bersama? atau karena ada hubungan dengannya?
Hari ini ada satu orang korban tak bersalah yang menjemput ajalnya ketika selesai meninton pertandingan olahraga persatuan manusia se-dunia, sepak bola. Jakarta dan Indonesia berdua karena gugurnya satu orang itu adalah karena belia adalah WNI, beliau tidak terlibat dalam perkara, dan beliau menempu ajal disebabkan oleh kericuhan hal yang "kekanak-kanakan" merebut gengsi wilayah dan siapa yang paling berkuasa. Kekesalan mungkin diakibatkan karena skor akhir adalah 2-2.

Hingga bukan satu yang tabu lagi ketika mereka berseteru. Ya, Allah semudah itukah manusia membinasakan manusia? Tanpa salah, tanpa permohonan ampun? Saya sangat merasa kehilangan, sekalipun saya buka darah dagingnya, namun cara mereke memperlakukan orang yang harusnya ia hormati, berjasa, dan tidak terlibat konflik, dengan seenaknya, semaunya.

Semoga ada jalan keluar bagi keluarga yang ditinggalkan, ada rezeki yang berkah atas sepeninggalan tulang punggung keluarga, dan generasi penerusnya dapat mendapatkan masa depan yang layak dan cerah. bagi sekalian yang lain, yang tak bersalah, tak berdosa, mudah-mudahan cermin dapat menyadarkan dengan melihat betapa kecilnya kita dihadapan Yang Maha Besar, yang hati-hati kita berada di tangan-Nya.

Minggu, 27 Mei 2012

TERLIHAT KECIL


Dia adalah yang kehadirannya tidak diinginkan. Dia juga tidak diinginkan untuk tumbuh menghiasi lahan-lahan yang ada. Dan, para pembudidaya menyebutnya GULMA.
Belajarlah dari GULMA. Seorang pembudidaya pemula akan mencabutnya dari lahan garapannya saat ia tumbuh, bahkan baru saja tumbuh. Dengan maksud menghindari kerugian produksi yang ia akibatkan. GULMA tidak akan pernah menyerah untuk mempertahankan dirinya untuk dapat terus hidup seperti apapun tantangannya, baik kekeringan, cekaman suhu, maupun pengolahan lahan, yang dengan itu dapat mencabik-cabik “sakit” tumbuhnya.
Belajarlah dari GULMA. Ia akan terus bertahan dalam segala keterbatasan. Tidak memiliki rumah bukan menjadi alasannya untuk tidak dapat terus hidup dan menikmatinya. Tidak ada yang peduli terhadapnya pun tidak menjadikannya untuk tidak terus mencapai tujuan dan cita-cita hidupnya. Karena satu yang menjadi prinsipnya, GULMA selalu yakin, bahwa ia punya Allah yang maha memperhatikan segala sesuatu, sesuatu yang kecil hingga yang besar.
Dan belajarlah dari GULMA. GULMA itu kecil, tertanam di dalam tanah yang dalam. Akarnya mungkin tidak sedalam tanamam budidaya yang mendampingi hidupnya. Namun GULMA tidak pernah angkuh, tetap "terlihat kecil" dihadapan Tuhan-Nya. Namun akarnya besar menancap teguh sebesar keyakinannya untuk terus berjuang bertahan hidup.
Bahkan sang pembudidaya pemula pun sering kali lupa bahwa GULMA juga makhluk hidup yang merupakan ciptaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang harus kita sayangi.
Belajarlah dari GULMA

DENGARKAN JUGA ORANG LAIN


Suara-suara haruslah kita dengarkan dengan baik.
Suara yang datang pelan dan yang datang dengan keras.
Keterbatasan manusia tidak dapat disalahkan, karena manusia memang tak ada yang sempurna, tugas kita adalah menjalankan semampu kita, tanpa paksaan dari siapapun.
Tugas-tugas memang sangat banyak, namun jika ada kesabaran untuk menunaikannya satu-persatu maka dengan sendirinya itu akan selesai.
          Setiap kita memang harus menyediakan tempat di hati untuk dicaci, dihardik, dihina, dan mungkin dimusuhi. Agar kita tidak sombong dalam bersikap dan dapat bijaksana dalam memutuskan hal yang penting. Sekali lagi, tugas kita adalah menjalankan tugas-tugas itu dengan tulus dan sungguh-sungguh. Dalam memperbaiki hubungan, menyatukan tujuan, membawa suasana, menginformasikan sesuatu, memutuskan hal besar, mendekati satu-persatu, mencontohkan perilaku yang baik, mempertahankan identitas, dan mewarnai setiap segi kehidupan dengan warna yang baik, yang itu semua harus kita lakukan dengan penuh perhitungan, penuh kesabarahan, dan penuh keikhlasan. Agar mereka tahu bagaimana manisnya pengorbanan dan harunya keberhasilan.
          Sekalian, Kita semua hanya manusia biasa yang tidak pernah mengharapkan beban ini terpikulkan pada pundak ini. Sekalian, hakikatnya kita semua bersaudara bukan bermusuhan. Terkadang sesama saudarapun masih ada kata-kata benci ataupun firasat tidak baik, apalagi posisi musuh yang kita sandang. Jangan jadikan manusia seperti “dewa”, yang hanya dapat memberi dan tidak dapat menerima. Tapi jadikan kami sebagai sahabat, yang akan selalu ada untukmu walau saat itu kami tak ada disana.
Dengarkan juga orang lain

Rabu, 02 Mei 2012

Puncak Sabar Itu Apa?

Sabar dan syukur adalah dua hal yang dipersatukan dalam kehidupan. Kadang, manusia berkata "sudah habis kesabaranku". Begitu tidak adilnya ia memperlakukan nikmat-nikmat yang Tuhan berikan kepadanya. Dibandingkan dengan orang-orang belum terdahulu, cobaan dan ujian yang lebih dasyat adalah tembok yang harus dilewati. Kalau dengan kondisi saat ini mungkin belum ada apa-apanya. Disanalah letak kesabaran, sebagai senjata yang kokoh untuk melewati ujian-ujian yang diberikan. Hakikat ujian adalah terus menerus hingga waktu yang ditentukan . Selain sabar apalagi yang dapat menemani sampai waktu itu tiba? Nah kita kembali pada pernyataan di atas. itu memang benar, orang-orang seperti itu mah manusiawi, bagian dari fitrah manusia yang tuhan Berikan. Namun, kala cobaan itu bertubi-tubi datang, masalah seolah tak kunjung selesai, hari-hari seolah menjadi beban pikiran dan hati, penat datang tak diundang. Sesungguhnya puncak sabar adalah syukur. Syukur atas segala pemberiannya, termasuk yang manusia anggap itu beban yang memberatkan. : )

Selasa, 01 Mei 2012

Ramai pun sepi

Assalmmulaiakum wr. wrb

Fakultas Pertanian IPB adalah rumah yang ku tinggali untuk yang sekian kalinya, tepatnya yang kelima setelah kostan. Pagi hingga malam adalah puncak dari kelelahan yang ia pikul, karena berjuta aktivis intelektual yang kadang acuh dan kadang peduli bernaung dan bercengkrama. tak banyak yang menyepi sendiri, lebih banyak yang berkomunitas dalam satu atap Fakultas Pertanaian (Faperta). sebut saja "A". Menjadi bagian dalam hidup ini, iya. karena lukisan harian ku timbul karenanya, karena torehan nasihat dan prestasiku timbul kerananya, karena A selalu siap menerima kami dan aku setiap hari kala kami harus mengemban ilmu setiap pagi.

kini, mulai waktu menunjukkan selimutnya, mungkin lewat dari pukul dua puluh tiga, ia mulai ditinggalkan dan memulai istirahat nyenyak nan pendek, tapi disanalah kami mendapat pelajaran.

"Istirahat yang kau idam-idamkan pada setiap akhir dari aktivitas sebenarnya tidak ada, namun keadilan-Nya selalu saja memberikan waktu untuk jiwa berisirahat, karena itulah arti dan hakikat dari malam, selimut bagi mereka yang beriman. Jangan lupa setiap tarikan selimut, juga selimuti malammu dengan lilitan doa nan penuh amal ibadah dalam gelapnya pejaman mata."