Dia
adalah yang kehadirannya tidak diinginkan. Dia juga tidak diinginkan untuk
tumbuh menghiasi lahan-lahan yang ada. Dan, para pembudidaya menyebutnya GULMA.
Belajarlah
dari GULMA. Seorang pembudidaya pemula akan mencabutnya dari lahan garapannya
saat ia tumbuh, bahkan baru saja tumbuh. Dengan maksud menghindari kerugian
produksi yang ia akibatkan. GULMA tidak akan pernah menyerah untuk
mempertahankan dirinya untuk dapat terus hidup seperti apapun tantangannya,
baik kekeringan, cekaman suhu, maupun pengolahan lahan, yang dengan itu dapat
mencabik-cabik “sakit” tumbuhnya.
Belajarlah
dari GULMA. Ia akan terus bertahan dalam segala keterbatasan. Tidak memiliki
rumah bukan menjadi alasannya untuk tidak dapat terus hidup dan menikmatinya.
Tidak ada yang peduli terhadapnya pun tidak menjadikannya untuk tidak terus
mencapai tujuan dan cita-cita hidupnya. Karena satu yang menjadi prinsipnya,
GULMA selalu yakin, bahwa ia punya Allah yang maha memperhatikan segala
sesuatu, sesuatu yang kecil hingga yang besar.
Dan
belajarlah dari GULMA. GULMA itu kecil, tertanam di dalam tanah yang dalam.
Akarnya mungkin tidak sedalam tanamam budidaya yang mendampingi hidupnya. Namun
GULMA tidak pernah angkuh, tetap "terlihat kecil" dihadapan Tuhan-Nya. Namun
akarnya besar menancap teguh sebesar keyakinannya untuk terus berjuang bertahan
hidup.
Bahkan
sang pembudidaya pemula pun sering kali lupa bahwa GULMA juga makhluk hidup
yang merupakan ciptaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang harus
kita sayangi.
Belajarlah dari GULMA
Ya... :) mungkin kita perlu belajar dari gulma :)
BalasHapuskecil kecil tapi semangatnya....whuu...keren :)
manusia aja dibuat pusing mikirin 'semangat' dia. :)
gulma juga banyak yang cantik bukan? :)
kayak gini:
http://yogas09.student.ipb.ac.id/wow-cantiknya-lantana-camara-2/